Apakah Sci-Hub Legal? Proyek Ilmu Pengetahuan Paling Kontroversial

Apakah Sci-Hub legal? – Pada pertemuan pertama dalam mata kuliah “kajian penelitian pendidikan …”, saya memberanikan diri bertanya pada dosen saya:

“Prof… Apa hukumnya menggunakan Sci-Hub untuk mencari artikel yang berbayar?”

Beberapa teman saya sempat tersenyum mendengar pertanyaan tersebut, kemudian dosen saya menjawab dengan sedikit nada keraguan:

“Ya, sebenarnya nggak boleh… tapi…”

Tak puas hati saya mendengar jawaban tersebut, tapi mau gimana lagi? Membuat saya bergumam dalam hati, sebenarnya Sci-Hub itu legal nggak sih?

Mari Berterima Kasih Dahulu…

Saya tidak akan naif, jujur saya pernah menggunakan Sci-Hub. Dan saya kira, “Siapa sih yang nggak pernah menggunakan platform buatan Alexandra Elbakyan ini?”

Saya yakin, dari 100% temen kampus yang saya kenal, 99%-nya pasti pernah menggunakan Sci-Hub. Bahkan banyak dari mereka tidak sadar sama sekali bahwa Sci-Hub adalah ilegal (Else, 2021; Zaidi, 2023)12, apalagi bila dilihat dari sudut pandang penerbit.

Meski demikian, semua orang telah menggunakan Sci-Hub (Elbakyan dkk., 2021).

peta sebaran pengguna Sci-Hub di seluruh dunia
Peta sebaran pengguna Sci-Hub di seluruh dunia

Sebagai akademisi atau peneliti, jujur saja deh, Anda pasti pernah membuka atau bahkan menggunakan Sci-Hub bukan?

Maka dari itu, mari berterima kasih terlebih dahulu pada Ebakyan atas platform yang telah dia kembangkan, perjuangkan, dan pertahankan hingga saat ini. Berkat beliau, kita dapat mengakses artikel asli tanpa harus berlangganan jurnal yang harganya jutaan bahkan puluhan juta rupiah

Elbakyan
Alexandra Elbakyan

Sci-Hub vs. Penerbit Ilmiah Raksasa

Para peneliti, siapa sih yang nggak kenal dengan para penerbit raksaya seperti ScienceDirect Elsevier, Springer Nature, Taylor & Francis, dkk.? Beberapa raksasa penerbit ilmiah itulah yang publikasinya paling sering didownload di Sci-Hub (Nazatovets, 2018)3.

Pada beberapa artikel yang saya lihat, mereka mamatok harga sekitar €40 (sekitar 600 ribu lebih). Ada yang lebih murah, tapi tidak sedikit yang lebih mahal.

Sci-Hub vs. Penerbit Raksasa
Artikel berbayar di Springer

Bisa dibayangkan, jika seorang peneliti menulis artikel ilmiah (atau karya ilmiah lain) dan dia butuh 40 referensi, mereka harus membayar sekitar Rp24 juta. Waah…

Ya coba anggap setengah saja yang bayar, setengahnya referensi yang lain anggap saja open access, tetap saja bayar Rp12 juta. Bukan angka yang kecil tentunya, apalagi untuk peneliti-peneliti-peneliti pemula atau mahasiswa yang tidak punya dana yang besar.

Itu belum lagi pembayaran yang lain-lain. Kita tahu lah, penelitian empiris tidaklah gratis. Ada mobilitas, sewa alat, pembayaran untuk urusan sampling, mungkin saja uji labolatorium dan masih banyak lagi. Jika harus ketambahan bayar referensi, jadi tambah bengkak dong!

Itulah yang dirasakan oleh Alexandra Elbakyan kala mengembangkan Sci-Hub. Dengan ide komunisme yang dia pegang, ide utama Sci-Hub diusung secara gamblang:

“Knowledge belongs to all people”

Pengetahuan adalah milik semua orang

Sci-Hub adalah solusi yang dapat memangkas jutaan uang seorang peneliti melayang. Namun, itu bukan babak akhir, Sci-Hub dituntut, dianggap tidak sah, ilegal, dan diblokir di berbagai negara. Inilah alasan kenapa Sci-Hub tidak bisa dibuka atau diakses.

Tim Sci-Hub tidak menyerah, mereka menganti domain. Sekarang pun Sci-Hub punya beberapa domain yang original, mulai dari sci-hub.se, sci-hub.st, dan sci-hub.ru.

Tim Sci-Hub pantang menyerah. Meski dilawan sangat keras, keras sekali oleh para Penerbit raksasa, hingga saat ini Sci-Hub masih eksis. Posisi Sci-Hub saat ini adalah:

“Proyek ini legal, sedangkan akses terhadap informasi dan pengetahuan tidak sah.”

Nah, sekarang kita bertanya lagi, “Apakah Sci-Hub Legal?”

Jawabannya tergantung pada siapa yang bilang. Pertanyaan apakah sci-hub legal akan selalu memiliki tiga jawaban, 100% ilegal bila dilihat dari sisi penerbit, sedikit illegal bila dilihat dari sisi peneliti, legal bila dilihat dari sisi pengembang proyek Sci-Hub.”

Sci-Hub dan Indonesia

Seperti gambar yang dapat Anda lihat sebelumnya, Indonesia adalah satu dari beberapa negara yang memiliki akses tertinggi terhadap Sci-Hub di seluruh dunia (nomor 9).

Ini adalah kabar bahagia dan kabar kurang bahagia. Kabar Bahagia karena Indonesia termasuk negara yang punya ketertarikan tinggi pada penelitian, sehingga banyak artikel dari Sci-Hub diunduh oleh peneliti Indonesia. Di sisi lain, ada kabar kurang bahagia karena Indonesia termasuk negara yang mengakses ilmu secara kurang legal. Hahaha…

Di pencarian internet Indonesia pun, banyak sekali tutorial “cara membuka jurnal yang terkunci”. Semua mengarahkan pembaca untuk menggunakan Sci-Hub. Khusus pada praktik penggunaan Sci-Hub di Indonesia, saya sudah pada kesimpulan:

“Rasanya, penggunaan Sci-Hub di Indonesia sudah menjadi praktik yang umum dan lumrah.

Apakah pengguna Sci-Hub dapat dituntut? Kasarnya, apakah pengguna Sci-Hub dapat dihukum, dipenjara, atau didenda?

Singkatnya, bisa! tapi…

Masa sih penerbit-penerbit raksasa itu mau membuang waktu untuk mempermasalahkan para pengguna Sci-Hub yang jumlahnya tidak terhingga, bahkan telah diklaim bahwa semua orang di seluruh dunia telah menggunakan Sci-Hub (Elbakyan dkk., 2021)4.

Database artikel jurnal dan buku ilmiah di Sci-Hub saja sudah ada 100 terrabyte dengan jumlah 88.343.822 file. Semua dapat diakses bebas, gratis (free), dan akses terbuka (open-access). Cukup masukkan saja DOI, Judul, atau link. Luar biasa bukan???

Sci-Hub
Tampilan homepage Sci-Hub

Apakah Sci-Hub hanya digunakan oleh negara miskin? Ternyata juga tidak. Penguna juga dari Amerika Srika (USA) dan negara-negara belahan Eropa. Jadi, menggunakan Sci-Hub bukan saja karena ingin gratisan, tapi karena nyaman juga.

Lihat database Sci-Hub disini →

Pragmatis: Pengguna senyap, pengguna nyenyak…

Sci-Hub ilegal, tapi sangat berguna. Para peneliti mau tidak mau, terpaksa ataupun tidak, pasti akan menggunakan Sci-Hub. Akhirnya, praktik yang dilakukan adalah:

“Kalau butuh ya gunakan saja, kalau nggak ya diam saja…”

Diilegalkan sekuat apapun, pragmatisme pasti ada dalam benak peneliti. Saya rasa, hanya instansi pendidikan saja yang bisa menyelamatkan para peneliti dari penggunaan Sci-Hub.

Instansi yang berlangganan kepada penerbit akan membuat para peneliti tidak menggunakan Sci-Hub. Ya, seharusnya itu bisa menjadi solusi. Sayangnya hal itu sulit, bukan tidak bisa, namun karena harga berlangganan jurnal dari pernerbit bereputasi memang mahal (pake banget!).

Saran pribadi saya secara pragmatis, hindari Sci-Hub semaksimal mungkin, tapi kalau terpaksa ya digunakan saja, tapi dengan niat mengembangkan ilmu pengetahuan secara benar. Ingat ya, hindari semaksimal mungkin terlebih dahulu!

Lantas gimana cara menghindari Sci-Hub?

  1. Carilah alternatif artikel yang open-access, penerbit besar (Elsevier, Springer, Wiley, Taylor & Francis, dkk.) pasti menyediakan jutaan artikel yang open-access
  2. Jika itu buku, pinjam di perpusakaan Universitas Anda atau universitas lain
  3. Minta tolong pada teman universitas lain yang sekiranya universitasnya berlangganan jurnal berbayar
  4. Cari alternatif platform lain yang menyediakan artikel gratis tapi legal (coba saja cari caranya di intenet)

Ya itu sekedar saran, kalau bisa diterapkan alhamdulillah, kalau tidak ya nggak masalah.

Semoga diskusi terkait pertanyaan apakah Sci-Hub legal ini bermanfaat untuk pembaca. Terima kasih. Semangat penelitian!!!

Referensi

  1. Else H. (2021). What Sci-Hub’s latest court battle means for research. Nature, 600(7889), 370–371. https://doi.org/10.1038/d41586-021-03659-0 ↩︎
  2. Zaidi, Syed Jaffar Abbas. 2023. Sci-Hub Project, its Legality, and its Impact on Access to Scientific Journals in Pakistan. Journal of The Pakistan Dental Association. 31(1); 1-3. https://doi.org/10.25301/JPDA.321.1 ↩︎
  3. Nazarovets, SA. 2018. Black Open Access in Ukraine: Analysis of Downloading Sci-Hub Publications by Ukrainian Internet Users. Science and Innovation 14(2). 19-24. http://dx.doi.org/10.15407/scine14.02.019 ↩︎
  4. Elbakyan, Alexandra; Bohannon, John (2021). Data from: Who’s downloading pirated papers? Everyone [Dataset]. Dryad. https://doi.org/10.5061/dryad.q447c ↩︎
Reaksi Anda?
+1
1
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
Bagikan:
HUDA
HUDA

Sekarang masih nganggur, besok nggak tahu. Kadang suka nulis, kadang suka tidur, kadang suka ngayal, ya gitu aja sih. Motto hidup, "Jangan kebanyakan ber-motto"😅

Articles: 20

One comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *